Tik.. tik.. tikk...
Hujan menuntunku
ke masa lalu. Di sana aku sedang asik bermain. Bersamamu.
Aku pencinta
angin, kau tahu itu. Dan aku selalu duduk di dekat jendela kala kita kemana
mana. Kau pun tahu aku bersahabat dengan angin saat layanganku perkasa tiada
duanya. Tapi kali ini angin terasa menyakitkan. Gemercik air hujan pun merayu
mata untuk menangis. Aku laki laki!! Tapi kali ini aku menangis.
Di sini aku
meliahatmu sedang menenangkan tangis bocah kecil. Aku melihat seorang wanita
suci, lemah lembut sekaligus perkasa. Yang selalu sabar, yang selalu tersenyum,
yang tak pernah menangis di depan anaknya.
Dulu, dia
sering merobek hatimu. Bertingkah liar karena ejekan temannya. Memaki dan
membentakmu yang hanya diam saja. Menjadi pencemburu karena tak sama seperti
yang lain. Menjadi angkuh dan kasar walau sebenarnya dia rapuh.
Dulu, dia belum
mengerti itu. Butuh tahunan untuk belajar mengerti sikapmu. Kini belasan tahun
telah berlalu. Dia perlahan menyadarinya. Membalas kebencian hanya akan
melahirkan kebencian lainya. Percuma.
Kau tahu? Kau
adalah wanita terhebat yang pernah kukenal. Kau besarkan dia seorang diri. Kau tegar
menerima cobaan. Kau ajarkan dia kasih sayang. Kau besarkan jiwanya dengan luas
kasihmu.
Tik.. tik.. tik..
Aku mulai berjalan
keluar membiarkan diri basah. Saat ini aku sangat ingin mandi hujan. Kau tak
perlu kawatir aku jatuh sakit. Untuk hari ini biarkan aku menyentuh hujan, mengingat
kenangan kala itu. Saat aku begitu menyukai hujan sedang kau selalu kawatir aku
yang akan sakit setelahnya.
Dalam gigil
dingin hujan. Beberapa penyesalan terlintas. Kau menyentuhku dalam rupa hujan.
Begitu bodohnya aku yang tak menyadari keinginan terakhirmu.
“bu, kenapa ayah tinggalin kita, ayah nga sayang sama kita bu?”
“bukan begitu nak, ayah pergi duluan ke surga, ayah lagi bikin rumah buat kita di sana”
“aku malu bu dikatain temen-temen”
"iya ibu tau, kamu yang sabar ya”
Aku pasti rindu
kamu, bu.
“bu aku nggak bisa tidur”
“sini nak, ibu ceritaian kisah kerajan di Negeri Adelfos”
Dulu di
sebuah negri yang bernama Adelfos terdapat raja yang sangat bijaksana. Karena
terkenal dengan kebijaksanaannya maka dewa memberikannya dua istri yang cantik.
Salah satunya dijadikan permaisuri sedangkan satunya lagi dijadikan selir.
Mereka
bernama Irene dan Rumira. Mereka berdua sebenarnya adalah saudara satu Ayah
namun lain Ibu. Irene sang kaka adalah putri sah dari permaisuri kerajaan
Omorfos sedangkan Rumira adalah putri dari selir Raja Omorfos.
Raja Omorfos
menikahkan kedua putrinya pada Pangeran kerajaan Adelfos demi menjaga
perdamaian antara kedua kerajaan. Dan kelak pangeran Adelfos akan naik takhta
mengantikan Raja Adelfos bila waktunya tiba.
Tak ada
kebahagiaan yang bisa menandingi kebahagian Raja Adelfos saat itu. Negerinya
damai, rakyatnya makmur dan kedua istrinya sangat akur. Raja Adelfos terkenal bijaksana
dalam memimpin sehingga dia dicintai seluruh rakyatnya.
Suatu hari
Raja bermimpi. Dalam mimpinya dia dipersembahkan dua buah apel oleh kedua istrinya.
Keduanya berwarna merah, namun salah satu dari kedua apel tersebut asam dan
terdapat ulat di dalamnya.
Raja kemudian
menceritakan mimpinya pada penasihat kerajaan. Penasihat kemudian mengartikan
bahwa Raja akan segera mendapat keturunan dari kedua istrinya. Namun kelak
salah satu diantaranya terlahir sebagai penghianat.
Raja mulai
kawatir. Terlebih raja dan penasihat tak tahu yang mana yang
nantinya akan terlahir sebagai penghianat.
Dua minggu
setelah mimpi sang Raja. Benar saja Irene dan Rumira dinyatakan hamil oleh
tabib kerajaan. Seluruh pelosok negeri bergembira menerima kabar bahwa Raja
mereka akan memiliki keturunan. Namun Raja dan penasihat memiliki
kecemasan serupa. Raja takut kelak salah satu anaknya akan terlahir sebagai
penghianat.
Selama proses
kehamilan, Irene dan Rumira tetap terlihat akur. Raja jadi bimbang apa betul
kelak penghianatan itu akan terjadi.
“Kedua ibu dari calon anakku adalah saudara sedarah. Dan kelak, aku akan membesarkan mereka tanpa pilih kasih. Sehingga terjalin rasa persaudaraan yang kuat antara kakak dan adik.”
Raja tetap
menjaga rahasia bersama kekawatirannya sampai detik ketiaka Irene dan Rumira
melahirkan. Dan ya, keduanya melahirkan bayi laki-laki. Kelak akan ada perang
saudara, pikir raja.
Demi
menghindari pertikaan di masa yang akan datang. Raja mulai mengajarkan kasih
sayang, mengajarkan kasih saling berbagi dan saling menghormati antara satu
saudara. Hingga keduanya tumbuh menjadi pangeran yang sagat akrab dan saling
menyayangi. Perlahan hilanglah persangka penghiantan dari salah satu putra
mahkotanya tersebut.
Di masa para
Pangeran dewasa. Raja sudah melupakan perihal penghianatan putra mahkotanya.
“oh kamu sudah tertidur nak”
Setengah
tersadar aku melihat engkau mengecup keningku dan mematikan lampu. Sebenarnya
aku masih sadar saat itu tapi mataku tertutup dengan sendirinya. Seolah ada
kekuatan yang menahanku dari dunia mimpi. Dan aku tak bisa mengingat saat
terakhir kau selipkan kata-kata antara cium di keningku. Aku tak
pernah sadar bahwa cerita yang menuntunku lelap tidur, kini menuntunmu lelap
tidur. Sama persis seperti dulu. Bedanya kini kau bercerita untuk tidurmu
sendiri.
Sambungan telpon
interlokal menyatukan jarak ribuan kilometer, kau dan aku.
Kau
merindukanku saat itu tapi aku tak mau tahu dan sibuk dengan duniaku. Dan aku
selalu mencari alasan yang tepat ketika kudengar kata rindu darimu. Aku kini
menyesalinya. Untuk beberapa hari kedepan, ingatan kata rindu akan sangat
menyayatku, bu. Maaf.
Kemarin, kubilang
mungkin sebulan lagi aku baru bisa pulang dan mengambil cuti. Kau hanya
menghela nafas. Dan anehnya saat itu aku merasakan hangat hembusan nafasmu.
Kau yang
sudah mengerti waktumu. Ah tidak, kau memang selalu memahami dirimu. Sepanjang hidup kau selalu berjuang menghadapi waktu. Hari demi hari berjuang untuk sebuah rindu. Melawan setiap nafas yang kau jaga.
Kata orang.
Beberapa orang yang sudah mendekati waktunya akan tahu dia akan pergi. Beberapa orang diberikan keistimewaan untuk menyampaikan salam
perpisahan. Sama sepertimu. Ya, karna waktu tak bisa selamanya menunggu. Lalu kau sampaikan salam perpisahan lewat kisah putra Irene dan Rumira. Cerita pengantar
tidur darimu, untuk putramu.
Putra Irene
tumbuh menjadi pangeran yang baik hati. Pendiam dan menyukai seni. Sedangkan
putra Rumira tumbuh menjadi pangeran gagah. Mahir dalam ilmu perang serta tata
pemerintahan.
Secara hukum
kerajaan yang telah ditetapkan, Putra Irene berhak sebagai pewaris mahkota. Kerena
dia adalah putra dari permaisuri sah.
Awalnya
Rumira tak pernah tertarik akan kekuasaan kerajaan. Namun ketika dia melihat
perkembangan putranya, hatinya pun berubah. Dalam hatinya terbesit kegelapan.
Dalam benaknya dia merasa putranya lebih cocok dan unggul untuk menjadi raja. Maka
Rumira dan putranya mulai menyusun taktik licik untuk membunuh putra mahkota
yang merupakan saudara kandungnya sendiri. Pertama Rumira berencana membunuh
permaisuri. Lalu setelah itu putra mahkota.
Rumira selalu
menaruh Racun pada makanan Irene. Dan racun itu bekerja melalui tahapan proses
dimana korbannya akan terlihat sakit parah selama berminggu minggu. Hingga
akhirnya mati.
Irene
sebenarnya menyadari hal itu. Namun tidak ia ceritakan kejahatan saurdarinya
kepada siapapun termasuk putranya. Hingga pada akhirnya ketika Irene berhadapan
dengan maut. Irene berpesan kepada putranya untuk meningalkan kerajaan dan menceritakan
semuanya. Dan Irene berpesan pada putranya untuk tidak mendendam kepada
siapapun dan pergi meningalkan segalanya.
“Hiduplah menjadi manusia biasa, nak. Dan semoga kelak kau menerima kebahagiaan di dalam hidumu.”
Setahun
berlalu. Raja yang kehilangan permaisuri sah dan putra mahkota, kini mulai sakit
sakitan. Setahun setelah ditinggal permaisurinya, sang Raja pun menyusulnya.
Putra Ramira
naik tahta menjadi raja. Dan kelak anak putra Rumira akan menikahi dua putri
yang berasal dari saudaranya sendiri. Dan sejarahpun akan berulang terus sampai
akhir jaman kehancuran negeri Adelfos.
Setelah
menyelesaikan cerita kau mendadak hening. Kupikir kau pergi dan lupa menutup
telepon maka kututup pembicaraan itu. Aku teramat sibuk untuk menyadari saat
itu sebenarnya kau telah menyampaikan salam perpisahan dan dijemput ayah menuju
surga.
Satu jam
berselang setelah aku pulang. Istriku menyambut dengan tangisnya. Katanya kau
telah meninggal.
Dia mengetahui
kabarmu setelah pembantu rumah memeriksa untuk makan malam. Dan ternyata kau
telah tiada.
Tik.. tik.. tik..
Hujan menyamarkan air mataku.
Bukan..
Bukan hujan.
Kau usap air mataku.
Ya, kau samarkan air mataku.
Maaf aku tak ada saat kau merindu.
Aku bahkan tak menjawab saat kau ucapkan salam perpisahaan.
No comments:
Post a Comment